Selama satu tahun terakhir, pasar properti primer dan sekunder di Pulau Dewata lesu alias stagnan. Hasil Survei Harga Properti Residensial (SPHR) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali menunjukkan pasar kembali bergairah di pengujung triwulan II 2018.
Indeks harga properti residensial primer di Bali triwulan II 2018 tercatat 185,44, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, 185,23. Peningkatan terutama terjadi untuk tipe rumah kecil.
“Sedangkan tipe rumah menengah dan besar masih belum menunjukkan peningkatan,” kata Deputi Kepala KPwBI Bali, Azka Subhan A, Rabu (25/7).
Akselerasi juga terjadi di pasar properti residensial sekunder. Harga rumah sekunder di wilayah Denpasar dan sekitarnya meningkat rata-rata 0,74 persen year on year (yoy) dibanding 0,28 persen yoy triwulan sebelumnya. Azka mengatakan peningkatan secara tahunan didorong tipe kecil yang bertumbuh 0,04 persen yoy, diikuti menengah 0,01 persen yoy, dan besar 0,01 persen yoy.
Optimisme ini terutama didorong membaiknya kondisi ekonomi Bali secara keseluruhan, serta implementasi relaksasi kebijakan loan to value (LTV) Bank Indonesia.
Penyaluran kredit perbankan untuk kepemilikan rumah tinggal atau KPR, apartemen, dan ruko dua bulan terakhir juga meningkat. Untuk periode Mei dan Juni 2018 masing-masingnya tumbuh 6,12 persen yoy dan 6,64 persen yoy.
“Posisi penyaluran kredit secara nominal Rp 9,70 miliar per Mei dan Rp 9,75 miliar per Juni,” kata Azka.
Azka mengatakan pelonggaran kebijakan LTV yang diberlakukan Agustus 2018 diyakini bisa menstimulasi pertumbuhan KPR yang tendensinya meningkat saat ini. Sektor properti Bali diperkirakan akan lebih bergairah dari kondisi sekarang.
Sumber: https://nasional.republika.co.id