Sebanyak 24 ton bantuan dari masyarakat Bali dikirimkan melalui kapal kemanusiaan untuk masyarakat korban terdampak bencana alam banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel).
24 ton bantuan berupa paket pangan yang disalurkan melalui AksiCepatTanggap (ACT) Bali bersama sejumlah mitra dan komunitas dikirim menggunakan 3 truk, dari Urban Company, Denpasar Timur, Denpasar, Bali, pada Rabu 27 Januari 2021.
“Mengusung tema Dari Bali Bergerak Bersama Selamatkan Bangsa. Bantuan kemanusiaan ini adalah bukti bahwa kedermawanan masyarakat Bali sangat kuat, meskipun di tengah kondisi ekonomi belum normal akibat pandemi, masyarakat Bali masih bersemangat untuk bisa berbagi dengan saudaranya yang terkena musibah,” kata Ketua ACT, Arif, kepada Tribun Bali melalui keterangan tertulis.
Adapun bantuan paket pangan dari Bali ini dilayarkan dari Tanjung Perak Surabaya bersama Cabang ACT se-Jatim, Jateng dan DIY total bantuan berjumlah 1.000 ton.
“ACT Bali masih tetap menerima bantuan dari masyarakat untuk disalurkan ke Kalsel dan Sulbar melalui kapal kemanusiaan gelombang kedua di awal bulan Februari 2021,” ujar dia.
Danramil Denpasar Timur mewakili Kodim 1611 Badung, I Ketut Dermawan, berharap bahwa semangat persatuan untuk saling meringankan beban antar anak bangsa yang sedang terkena musibah tetap tumbuh dan berkembang di tengah pandemi Covid-19.
“Sehingga bisa cepat mengatasi permasalahan bersama,” sebut dia.
Senada, perwakilan Urban Company, Lifia Karamoy yang menjadi perwakilan dari Urban Company berharap bahwa bantuan kemanusiaan ini bisa meringankan beban para korban banjir di Kalsel.
Keberangkatan bantuan paket pangan dengan kapal kemanusiaan itu dilepas oleh perwakilan Kodim 1611 Badung yang juga dihadiri oleh Perbekel Kesiman, Kadus Kertalangu, perwakilan Urban Company dan perwakilan komunitas serta mitra ACT lainnya.
Bencana silih berganti terjadi di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari musibah kecelakaan pesawat terbang, tanah longsor, banjir hingga gempa bumi, tak sedikit dari mereka kehilangan sanak keluarga, tempat tinggal serta membutuhkan bantuan.
Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bali yang berkantor di Jalan Waturenggong, No.160 A, Denpasar, Bali, mendirikan Posko Peduli Bencana.
Ketua Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bali, Arif Marsudi, posko ini didirikan guna mengantisipasi banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia, sehingga memudahkan masyarakat dalam menyalurkan bantuan kepada saudara yang tertimpa musibah.
“Kami berharap dengan dibukanya posko peduli bencana yang berada di Bali ini dapat memudahkan masyarakat di Bali dalam mendermakan bantuannya untuk masyarakat yang tengah terdampak bencana di Indonesia,”ucapnya.
“Mulai dari tanah longsor Sumedang, gempa bumi Majene Sulbar, dan Banjir Bandang Kalimantan Selatan serta Banjir Bandang Jembrana Bali,” paparnya kepada Tribun Bali, Minggu 17 Januari 2021.
Lanjut dia, bantuan yang di terima, dapat berupa paket sembako, pakaian layak pakai, maupun donasi uang tunai.
“Nantinya bantuan yang diterima akan disalurkan langsung ke tempat bencana melalui cabang ACT di daerah yang terdampak,” ucapnya.
Posko Peduli Bencana ini juga memfasilitasi masyarakat terkait update informasi terkait bencana yang terjadi, sehingga dapat memetakan sekiranya bantuan apa saja yang dibutuhkan dan yang paling menjadi prioritas utama di daerah bencana.
Gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat, pada Jumat 15 Januari 2021 pukul 01.28 WIB, telah menyebabkan puluhan orang dilaporkan meninggal dunia.
Warga Bali yang tinggal di dekat lokasi gempa kini banyak yang dikabarkan mengungsi ke pura.
Bahkan, mereka juga kesulitan mencari makanan karena warung-warung tutup.
Hal itu diungkapkan oleh seorang warga Bali yang tinggal di Majene, Putu Muliati saat dihubungi Tribun Bali, Sabtu 16 Januari 2021 siang.
Muliati menuturkan dirinya tinggal di pusat Kota Majene.
Sehingga dampak yang dialami tidak terlalu serius.
“Kalau saya di Majene kota, tidak terlalu terdampak. Tidak ada bangunan sampai rusak. Tapi katanya kalau di Kecamatan Malunda katanya hancur,” kata warga asli Bangli ini.
Meski demikian, ia mengaku was-was seandainya terjadi gempa susulan yang mengakibatkan tsunami.
Terlebih lagi rumahnya berada di dekat pantai.
Walaupun begitu, karena takut akan tsunami, banyak warga di wilayahnya yang memilih mengungsi.
“Karena banyak yang mengungsi takut tsunami, jadinya sulit nyari makan di sini. Warung-warung pada tutup dan tidak berani jualan,” aku perempuan yang tinggal di Majene sejak tahun 1998 ini.
Namun, sejak gempa terjadi dirinya mengaku tidak ikut mengungsi walaupun tetap waswas.
Ia menambahkan, sampai hari ini gempa susulan masih terjadi di sana.
“Tadi pagi sempat ada gempa susulan dengan kekuatan tiga koma sekian,” katanya.
Dirinya juga sempat berkomunikasi dengan kerabatnya sesama orang Bali yang tinggal di Mamuju.
Dari kerabatnya dia memperoleh informasi jika banyak warga Bali di Mamuju yang mengungsi di pura.
Muliati menceritakan, sebenarnya sejak tahun 2010 lalu ia bersama keluarganya sudah pindah ke Makassar.
Namun, ia masih punya rumah di Majene yang digunakan sebagai tempat usaha.
Dan saat ia sedang berada di Majene, gempa pun terjadi yang sempat membuat kepanikan.
sumber: https://bali.tribunnews.com/